Delegasi
Saya duduk di ruangan kantor yang dingin, berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Manager HRD di seberang meja yang mungkin sudah ratusan kali ia lontarkan, “Menurut Anda, apa kekurangan yang Anda miliki?”.
Interview kerja ini adalah interview pertama setelah lulus kuliah. Saya sudah mempersiapkan semua dari seminggu sebelumnya dan saya tahu apa yang harus saya jawab apabila pertanyaan ini muncul. Tentu, jawaban yang saya siapkan adalah jawaban yang menurut saya terbaik, namun tidak mengada-ada.
“Saya adalah orang yang tidak cepat puas dengan pekerjaan saya. Saya harus memastikan sudah mengerjakan yang terbaik. Itu sebabnya saya belum bisa mendelegasikan pekerjaan dengan optimal.”
Perlu sekitar 10 tahun untuk menyadari bahwa apa yang saya katakan itu secara tidak langsung menunjukkan keangkuhan. Seakan-akan orang lain tidak bisa melakukan pekerjaan sebaik saya, sehingga saya tidak mau mendelegasikan. Seakan orang lain tidak bisa dipercaya.
Selama berkarir, ada beberapa hal yang akhirnya saya pelajari.
Pertama, saya tidak sehebat itu. Saya bukan orang yang begitu jenius dan pintarnya, sehingga bisa menyelesaikan semuanya dengan sempurna tanpa salah. Bahkan mungkin malah lebih sering saya memberikan hasil suboptimal.
Kedua, munculnya burnout. Dunia kerja tidak seperti game di mana kita harus menyelesaikan satu misi sebelum misi lainnya muncul. Tugas dan pekerjaan akan selalu datang bertubi-tubi hingga menumpuk. Semua tidak bisa dilahap sendirian.
Ketiga, banyak orang yang ternyata justru lebih baik dan kompeten. Justru dengan mendelegasikan tugas ke mereka, hasilnya bisa jauh lebih optimal.
Beberapa bulan ini, saya belajar kembali hal yang baru. Delegasi sudah, tapi tetap penting yang namanya monitor dan kontrol.
Delegasi bukanlah melempar pekerjaan ke orang lain dan berharap yang terbaik.
Delegasi adalah membagikan pekerjaan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing, kemudian progress dan hasilnya selalu dievaluasi. Supervisi tetap menjadi kunci.
Apabila saat ini manager HRD itu menemui saya kembali dan memberi pertanyaan yang sama, mungkin jawabannya akan sedikit berbeda.
Saya sudah mengerti pentingnya delegasikan pekerjaan. Tinggal bagaimana saya memastikan semuanya bisa termonitor dan terevaluasi dengan baik (tetap bukan hal yang mudah).