Jalur Sederhana Menuju Kekayaan (di Amerika)

Apakah bisa diaplikasikan di Indonesia?

Jalur Sederhana Menuju Kekayaan (di Amerika)
Photo by Morgan Housel / Unsplash

Buku yang sedang kubaca berjudul The Simple Path to Wealth, karya J. L. Collins. Jalur sederhana untuk mencapai kekayaan. Sebenarnya jalur atau metode yang disebutkan di sini tidak banyak berbeda dengan dari buku lain yang pernah kubaca, karena memang seperti itulah caranya:

  1. Spend less than you earn
  2. Invest the surplus
  3. Avoid debt

Poin 1, pengeluaran harus lebih rendah dari pendapatan. Tidak boleh besar pasak daripada tiang. Masuk akal. Logis. Bisa diaplikasikan secara universal.

Poin 3, hindari hutang. Tetap masuk akal, walaupun mungkin sulit bagi banyak orang, karena misal sekarang untuk membeli rumah harganya makin tidak masuk akal, membeli kendaraan, biaya kesehatan, dan pendidikan anak.

Tentu yang sering kali lebih mencekik adalah bunga dari hutang itu sendiri. Terkadang bisa lebih besar dari jumlah pokok pinjaman.

Oleh sebab itu, sebisa mungkin, semaksimalnya, hutang harus dihindari.

Poin 2, investasi. Inilah yang akan saya bahas.

J.L. Collins, Andrew Hallam (seorang guru yang menjadi milyuner, penulis buku Millionaire Teacher), bahkan Morgan Housel (penulis buku The Psychology of Money dan Same As Ever), melakukan strategi investasi sederhana: membeli seluruh saham yang ada di Amerika lewat Vanguard (ada yang berbentuk ETF, ada juga yang reksadana).

Prinsip mereka adalah be the market, bukan beat the market.

Jadi, ketimbang harus menganalisis satu per satu saham yang ada, memilih beberapa dari sekian ribu saham, memprediksi kapan harus masuk kapan harus keluar untuk bisa mendapat return lebih tinggi dari pasar, mereka memilih untuk membeli semuanya saja secara rutin.

Return yang didapat otomatis akan sama dengan indeks pasar di Amerika (rata-rata 8-12% per tahun). Rutin menabung dan investasi ke situ, menunggu keajaiban compounding, dan seiring berjalannya waktu uangnya akan terus menggulung menjadi berkali lipat. Sederhana.

Memang tidak menarik jika dibanding orang-orang yang pamer portofolio hijau di media sosialnya. Atau ribut soal crypto yang akan kembali to the moon. Tapi hal sederhana ini terbukti berhasil dalam jangka panjang.

Amerika, dengan segala permasalahan dan presidennya yang sekarang itu, adalah negara yang ekonominya terus berkembang. Berkali-kali diterpa krisis ekonomi, tapi grafik jangka panjang menunjukkan tren terus naik.

Itu sebabnya muncul jalur sederhana untuk mencapai kekayaan.

Apakah kita di Indonesia bisa melakukan hal yang sama?

Setahu saya, di Indonesia belum ada reksadana atau ETF yang mencakup semua saham di bursa efek. Paling mendekati adalah IDX30, yang banyak pilihan reksadananya. Performanya seperti apa?

Ini grafik untuk index IDX30, berisi 30 saham dengan market cap tertinggi di Indonesia.

Selama kurang lebih 13 tahun, kenaikannya hanya 11%. Artinya kalau asumsi dibagi 13, return dari reksadana yang mengikuti indeks ini cuma 0.85% per tahun. Jauh di bawah deposito. Jauh jika dibanding Amerika.

Padahal sebenarnya kalau melihat secara keseluruhan IHSG, grafiknya cukup menjanjikan.

Kenaikan 901% dalam 25 tahun menunjukkan sebenarnya ekonomi Indonesia pun semakin baik dan berkembang secara jangka panjang.

Memang belum apple to apple kalau membandingkan IDX30 yang 13 tahun dengan IHSG yang 25 tahun. Jadi, saya coba bandingkan saja performa 5 tahun terakhir.

Dari periode Juli 2020 hingga Juli 2025, performa IDX30 adalah -5.63% (turun 1.1% per tahun). Dibandingkan dengan IHSG, performanya 38.71% (naik 7.7% per tahun). Terjadi perbedaan yang signifikan.

Saya bukan ahli ekonomi. Mengenai indeks saham ini mungkin saya hanya sedikit paham kulitnya saja. Tapi kalau melihat perbandingan antara return yang didapat apabila berinvestasi di IDX30 (yang berisi 30 saham perusahaan dengan kapitalisasi terbesar di Indonesia) dengan return IHSG (yang per tanggal 3 Juli 2025 berisi 960 saham), ternyata IDX30 masih sangat tidak menarik.

Sayang sekali, menurut saya.

Andai saja ada instrumen investasi yang mirip Vanguard, di mana kita bisa memiliki semua saham yang terdaftar di bursa efek, tentu kita bisa ikut menikmati pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara sederhana.

Untuk sekarang, alternatifnya menurut saya lebih aman dengan obligasi. SBN dengan berbagai jenisnya, termasuk ORI, ST dan FR, indeks obligasi negara, atau indeks obligasi swasta. Memang returnnya pasti tidak sebesar saham, tapi paling tidak masih bisa mengalahkan inflasi.

Yang terpenting cenderung aman dan terjamin, serta masih cukup sederhana.

Saya akan menyimpulkan tulisan ini dengan mengutip kembali J.L. Collins, ditambah sedikit penyesuaian:

Jalur sederhana menuju kekayaan di Amerika bisa diikuti juga di Indonesia, yaitu dengan sebisa mungkin menghindari hutang, memastikan pengeluaran selalu lebih kecil dari pendapatan, dan menginvestasikan selisihnya (sementara ini ke obligasi dan harapannya ke depan ada instrumen yang bisa mencakup semua saham di bursa efek).

Semoga berhasil!